Sabtu, 29 Desember 2012

FAKTOR PEMBATAS



Semua makhluk hidup membutuhkan makanan, air, tempat tinggal dan ruang untuk bertahan hidup. Namun, populasi tidak dapat tumbuh selamanya. Beberapa bentuk perlawanan lingkungan akan menghentikan pertumbuhan penduduk. Bentuk perlawanan lingkungan disebut faktor pembatas karena membatasi populasi. Namun, faktor pembatas juga dapat meningkatkan populasi. Faktor pembatas yaitu faktor kepadatan independen.
v    FAKTOR KEPADATAN INDEPENDEN (DENSITY INDEPENDENCY)
Faktor kepadatan independen dapat mempengaruhi populasi Contoh: bencana alam, temperatur, sinar matahari, aktivitas manusia, karakteristik fisik dan perilaku organisme mempengaruhi populasi setiap dan semua terlepas dari kepadatan mereka.
Bencana alam seperti kekeringan, banjir, badai dan kebakaran dapat menyengsarakan biota perairan. Sebagai contoh, kekeringan yang parah bisa menurunkan kadar air dari Danau Winnipeg dan menurunkan daya dukungnya. Dengan demikian, populasi ikan akan menurun.
·                   Suhu mempengaruhi aktivitas dan pertumbuhan organisme. Suhu juga menentukan jenis organisme dapat hidup di danau. Biasanya, semakin tinggi suhu air, besar aktivitas dalam danau. Namun, semua spesies akuatik memiliki kisaran suhu yang lebih disukai. Jika suhu bervariasi terlalu banyak keluar dari kisaran ini spesies baik akan mati atau pindah ke yang berbeda lokasi. Suhu juga mempengaruhi sifat kimiawi air. Tingkat reaksi kimia dalam air meningkat dengan meningkatnya suhu. Misalnya, air hangat memegang kurang oksigen daripada air dingin, sehingga meskipun ada lebih banyak aktivitas di air hangat ada mungkin tidak cukup oksigen untuk kegiatan terus untuk jangka waktu yang lama.

·                   Sinar matahari hanya dapat menembus hingga kedalaman 30 meter dalam air. Jadi kebanyakan phosotsynthesis di lingkungan perairan terjadi dekat permukaan. Ini berarti bahwa kebanyakan tanaman tidak dapat tumbuh jika mereka berada di dasar danau yang dalam.
·                   Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi dinamika populasi. Misalnya, sturgeon danau bertelur di air cepat dan kadang-kadang menggunakan "tailraces" dari bendungan hidroelektrik. Namun, tingkat air di lokasi ini sering turun tiba-tiba dan telur mati karena mereka menjadi terbuka.
·                   Karakteristik fisik dari organisme dapat mempengaruhi populasi mereka. Banyak organisme diadaptasi dan berevolusi untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk bertahan hidup. Sebagai contoh, beberapa spesies ikan memiliki tanda berwarna memperingatkan predator bahwa mereka mungkin menjadi racun. Atau, beberapa spesies menggunakan kamuflase warna untuk membantu mereka bersembunyi dan menghindari dimakan.
·                   Perilaku organisme juga dapat mempengaruhi populasi mereka. Sebagai contoh, beberapa spesies bermigrasi untuk mencari sumber makanan baru atau untuk kawin. Beberapa organisme menciptakan masyarakat atau makan wilayah. Misalnya, putih bass tinggal di sekolah dan bekerja sama untuk mendorong shiners zamrud untuk permukaan untuk makan. Beberapa spesies mungkin memiliki perilaku kawin atau pacaran yang mempengaruhi mereka populasi.

Sumber :


PEMELIHARAAN LARVA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI YANG DIPERKAYA NUTRISINYA


PENDAHULUAN 

Ikan botia (Chromobotia macracanthus) adalah salah satu ikan hias yang hanya terdapat di sungai-sungai Kalimantan dan Sumatra serta sebagai komoditas ekspor (Satyani, 1996).  Ikan botia sudah berhasil dipijahkan secara kawin buatan dan larvanya dipelihara dengan diberi pakan zooplankton seperti rotifer dan nauplii Artemia dan Moina (Anonim, 2004).
Menurut Tamaru et al. (1993), rotifer dikultur dengan ragi roti atau nanoplankton, diberikan untuk larva ikan belanak (Mugil cephalus) dan bandeng (Chanos chanos)  dapat mempercepat pertumbuhan dan sintasan mencapai 90%.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis pakan alami baik yang diperkaya maupun tanpa diperkaya nutrisinya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan botia hingga menjadi juvenil.
BAHAN DAN METODE
Larva ikan botia umur empat hari dengan panjang sekitar 5,58 ± 0,12 mm dipelihara dalam ruangan tertutup dengan  wadah plastik warna hijau, diisi media kultur sebanyak 5 L. Larva ditebar dengan padat penebaran 4 ekor/L atau 20 larva/wadah dan diaerasi terus menerus. Dengan perlakuan pakan hidup yang berbeda adalah sebagai berikut;  a) nauplii Artemia (kontrol), b) rotifer yang tidak diperkaya,  c) rotifer yang diperkaya,  d) Moina yang tidak diperkaya dan e) Moina diperkaya. Kedalam wadah plastik 2 L media yang berisi rotifer atau moina dilarutkan  200 mg  tepung telur tuna kering dan 200 mg ragi roti serta diaerasi cukup kuat selama 1 jam, aerasi selama15 menit, media yang mengandung rotifer atau Moina dipisahkan dengan endapan kemudian ditampung dalam wadah kaca dan diaerasi lalu diberikan  larva botia. Panjang total larva diamati di bawah mikroskup binokuler . Analisis proksimat, asam amino dan asam lemak dilakukan terhadap sampel pakan alami, larva umur empat hari pada awal percobaan dan juvenil ikan pada akhir percobaan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis proksimat pakan alami menunjukkan bahwa kandungan protein antara nauplii Artemia, nauplii moina yang diperkaya maupun tanpa diperkaya adalah sama, sedangkan rotifer yang diperkaya maupun tanpa diperkaya relatif lebih rendah.
Kandungan nutrisi pakan alami terutama asam lemak tak jenuh berkaitan dengan sintasan dan pertambahan panjang larva botia. Nauplii Artemia yang diberikan sebagai pakan alami larva botia dengan kandungan asam lemak yang relatif tinggi dibanding pakan hidup lainnya, terutama asam linolenat (0,4648 %)  arakidonat (0,1177 %), EPA (0,3846 %) dan DHA (0,1556 %), yang dapat mempercepat  pertambahan panjang larva dan Pengkayaan nauplii Moina dapat meningkatkan kadar asam linoleat (0,0069 %) dan dapat meningkatkan sintasan larva botia mencapai 80,00 %.
Hasil analisis asam lemak yang terkandung dalam larva dan yuwana botia mengandung berbagai asam lemak seperti laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenat dan arakhidonat.  Asam linolenat hanya terdapat dalam larva umur empat hari dan juvenil dari perlakuan pemberian nauplii artemia.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan nauplii Moina yang diperkaya nutrisinya atau nauplii Artemia dapat meningkatkan panjang total larva botia masing- masing mencapai 12,90 ± 1,85 mm dan 14,25 ± 0,96 mm. Sintasan larva yang diberi pakan Moina yang diperkaya nutrinya lebih tinggi (80,00 ± 8,66 %) dari larva yang diberi pakan Artemia (36,67±5,77 %).  

Sumber – sumber


Rabu, 26 Desember 2012

tugas biopi pola Natalitas




PEMBERIAN PAKAN BUATAN DENGAN DOSIS BERBEDA
 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KONSUMSI PAKAN
BENIH IKAN SEMAH  (Tor douronensis)
DALAM UPAYA DOMESTIKASI

 ABASTRAK
Ikan semah (Tor douronensis) adalah jenis ikan air tawar yang tergolong jenis ikan liar yang hampir punah, karena itu perlu upaya pelestariannya dengan usaha pembudidayaan. Dalam usaha budidaya ikan, pakan merupakan salah satu faktor penting untuk pertumbuhannya, pemeliharaan tubuh dan reproduksi.
 PENDAHULUAN
            Ikan Semah adalah jenis ikan air tawar yang tergolong jenis ikan liar yang hampir punah. Ikan semah hidup secara alami di beberapa daerah Kalimantan Barat seperti Kapuas hulu, Sekadau, Kabupaten Bengkayang, Sintang dan daerah sekitarnya. Agar populasi ikan semah tidak berkurang dan punah maka perlu menjaga keseimbangan alam, maka ikan semah perlu untuk di budidayakan.
Dalam usaha budidaya ikan semah, pakan merupakan salah satu faktor penting. Pakan harus berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pertumbuhannya, pemeliharaan tubuh dan reproduksi (Jangkaru, 1974). Budidaya ikan semah dengan pemberian makanan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas serta tidak berlebihan merupakan faktor yang sangat menentukan, keadaan ini berkaitan langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan pada ikan semah, agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis pakan yang optimal.

METODE PENELITIAN
Wadah yang digunakan dalam penelitian akuarium ukuran panjang 100 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 50 cm berjumlah 12 buah dan benih ikan semah  dari alam dengan ukuran 5 cm dengan padat tebar 10 ekor/akuarium.
 Penelitian dilakukan dengan empat perlakuan dengan dosis pemberian pakan yang berbeda dengan tiga kali ulangan. Perlakuan  A, dosis pemberian pakan 3% dari bobot biomassa, perlakuan B, dosis pemberian pakan 6% dari bobot biomassa, perlakuan C, dosis pemberian pakan 9% dari bobot biomassa dan perlakuan D, dosis pemberian pakan 12% dari bobot biomassa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapat perlakuan B dengan dosis 6% merupakan perlakuan terbaik di banding dengan perlakuan A (3%), C (9%), dan D (12%). Jadi pertumbuhan yang optimal dapat tercapai pada dosis 6,18 % dan mendekati 6% dengan pertumbuhan harian 3,59.      
Menurut Sudarman (1988), bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung jumlah pakan yang dikonsumsikan, kualitas air dan faktor lain seperti keturunan, umur, daya tahan serta kemampuan ikan tersebut memenfaatkan pakan, selanjutnya Supranto (1997) menambahkan jumlah pakan yang dikonsumsi harus lebih banyak daripada jumlah yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas agar ikan dapat melangsungkan pertumbuhannya.
Pakan yang kurang jumlahnya akan mengurangi laju pertumbuhan ikan semah  (A 3%). Begitu pula yang terjadi pada perlakuan C (9%) dan D (12%), dimana walaupun jumlah pakan yang diberikan lebih dari cukup namun ternyata pakan tersebut tidak termakan semuanya. Lain halnya dengan perlakuan B (6%)yang merupakan dosis yang paling tepat jumlahnya untuk pertumbuhan ikan semah, hal ini sesuai dengan pernyataan Departemen Pertanian yang menyatakan bahwa, Pemberian makanan untuk benih ikan jelawat (Leptobarbus hoeveni) sebesar 3-7 % (Departemen Pertanian,1987). Dengan dosis sebesar 6% dari berat tubuh maka akan mencukupi kebutuhan ikan semah untuk pemeliharaan tubuh, energi dan pertumbuhan.

Konsumsi Pakan Harian
Rata–rata konsumsi harian benih ikan semah selama penelitian ini berkisar antara 2,69–10,19%/hari. Nilai konsumsi pakan harian yang rendah menunjukan bahwa tingkat efesiensinya lebih tinggi dalam memanfaatkan makanan untuk pertumbuhan. Kesimpulan bahwa laju konsumsi pakan harian berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan semah. Besar kecilnya nilai konsumsi harian merupakan gambaran tentang efisiensi pakan. Apabila nilai konsumsi pakan harian lebih besar maka tingkat efisiensi pakan kurang baik. Hal itu berbanding terbalik dengan pertumbuhan, karena apabila nilai konsumsi pakan harian semakin kecil tetapi dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal, berarti konsumsi pakan sudah cukup baik dan pakan yang duberikan bisa termanfaatkan untuk metabolisme.

Efisiensi Pakan
Hasil penelitian yang dilakukan selama 40 hari memperlihatkan bahwa nilai rata–rata efesiensi pakan cukup bervariasi yang berkisar antara 13,85-54,09%. Kesimpulan bahwa efesiensi pakan pada semua perlakuan menurun seiring dengan bertambahnya dosis pakan yang diberikan pada ikan uji. Semakin besar dosis yang diberikan maka semakin kecil efesiensi pakan.

Tingkat Kelangsungan Hidup
Sesuai hasil pengmatan terhadap tingkat kelangsungan hidup yang diambil selama masa penelitian, natalitas rata-rata adalah sebesar 100 %. Tingkat kelangsungan hidup (Natalitas atau SR) merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup selama selama periode pemeliharaan (Effendie, 1979). Data perrlakuan A, B, C dan D semuanya memiliki nilai natalitas sebesar 100% yang berarti tidak terjadi kematian sampai akhir penelitian. Menurut Wardoyo (1985) kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kualitas air. Keadaan kualitas air media percobaan penelitian menunjukan kisaran-kisaran yang mmungkinkan ikan kerapu untuk hidup dan tumbuh dengan baik. Ikan semah termasuk ikan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan karena selama masa penelitian tidak terjadinya mortalitas atau kematian, dan didukung dengan kuaitas air yamg memadai. Pengukuran parameter kualitas.


Sumber



Kamis, 06 Desember 2012


PERAN BIO- INFORMATIKA
DALAM BUDIDAYA PERIKANAN

PENDAHULUAN

Materi ini masih terkait dengan  bioinformatika. Bioinformatika, sesuai dengan asal katanya yaitu "bio" dan "informatika", adalah gabungan antara ilmu biologi dan ilmu teknik informasi (TI). Pada umumnya, Bioinformatika didefenisikan sebagai aplikasi dari alat komputasi dan analisa untuk menangkap dan menginterpretasikan datadata biologi. (Utama, 2002).
Bioinformatika adalah organisasi dan analisis komplek data yang dihasilkan dari analisa molekuler dan teknik biokimia. Disamping itu bioinformatika merupakan teknologi untuk koleksi, peyimpanan analisis, interprestasi, pelepasan dan aplikasi untuk informasi biologi. Analisi dilakukan dengan cara membandingkan data yang masuk dengan ribuan data lain yang tersedia di dalam pangkalan data (Nuswantara, 2000).
Ledakan informasi dari kemajuan bioteknologi seperti data sekuen DNA dari pembacaan genom, data sekuen dan struktur protein sampai kepada data transkripsi RNA berkat teknologi DNA chip, telah mendorong lahirnya Bioinformatika yang digunakan untuk mengorganisasi dan menganalisa data-data tersebut menjadi sebuah informasi biologis yang bermakna. Salah satu input penting untuk riset biologi molekuler dan pengembangan bioteknologi adalah gen, bagian dari genom yang membawa sifat suatu organisme.
Bioinformatika merupakan aplikasi teknologi komputer untuk manajemen informasi biologi. Komputer berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan mengintegrasikan informasi biologis dan genetik yang kemudian dapat diterapkan pada gen berbasis penemuan obat dan pengembangan . Berbicara tentang bioinformatika dalam bidang akuakultur terkait dengan gen atau analisis DNA kultivan dan penyakit yang paling meresahkan adalah disebabkan oleh virus.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan produksi budidaya perikanan. Salah satunya ialah dengan pendekatan molekuler (genetik). Pendekatan secara molekuler intinya ialah menelurusi, memanipulasi, atau menelurusi dan memanipulasmi mekanisme melekuler khususnya DNA yang melatarbelakangi phisiologi dan mengekspresikan sifat dari organisme budidaya. Dengan pemahaman fungsi genom, maka komposisi dan ekspresi gen dapat diatur sedemikian rupa mealui sejumlah pendekatan bio molekuler guna meningkatkan produksi dan kualitas budidaya.
Di dunia beberapa jenis organisme yang memiliki nilai ekonomis tinggi masih diambil dari alam. Padahal Setiap tahun kebutuhan manusia akan makanan terus bertambah. Jika organisme -organisme tersebut terus menerus diambil akan menyebabkan stok di alam akan mengalami penurunan yang drastis bahkan dapat mengalami kepunahan . Dalam dunia perikanan peran pembudidaya untuk mengurangi ketergantungan pengambilan ikan di alam untuk dikonsumsi sangat diperlukan. Di harapkan para pembudidaya dapat membudidayakan organisme-organisme penting yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Penyediaan induk ikan dari hasil budidaya harus segera dikembangkan  untuk mencegah punahnya ikan akibat diambil secara terus menerus . Domestikasi ikan atau akuakultur secara keseluruhan telah berperan dalam pening-katan produksi ikan dunia yang terjadi dalam 18 tahun terakhir ini (Naylor et al., 2000)...
Salah satu organisme diperairan yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah udang Jerbung (Fenneropeanus merguensis de Man). Namun sayangnya udang ini masih banyak diambil di alam , sehingga stock di alam semakin menipis. Untuk menyelamatkan kepunahan udang ini penyediaan induk udang jerbung dari budidaya harus segera dikembangkan. Keberhasilan domestifikasi udang jerbung akan mendukung keberhasilan budidaya melalui penyediaan benur yang bermutu. Udang Jerbung dapat menjadi kandidat spesies dalam program pemuliaan melalui pemijahan selektif.
Sehubungan dengan hal-hal tadi beberapa peneliti dari Pusat Riset Perikanan Budidaya Jakarta dan Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB melakukan penelitian tentang “Fillogenetik Populasi Udang Jerbung Berdasarkan Sekuens 16S-rRNA DNA Mitokondria” sebagai data dasar dalam rangka perbaikan mutu benih melalui program pemuliaan.
Salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pemanfaatan Bioinformatika  yaitu pada tahap pengeditan hasil sekuensing 16S-rRNA mtDNA diedit menggunakan bantuan software BIO dan dilakukan analisis pensejajaran berganda dengan data sekuens tersedia di Bank Gen dengan Blast ( http://blast.ncbi.nim.nih.gov/blast.cgl )

PENUTUP
Bioinformatik dalam perikanan berfungsi untuk mengidentifikasi gen-gen pada ikan, yang kemudian di rekayasa dan menjadikannya ikan jenis baru yang lebih sempurna untuk meningkatkan produksivitas budidaya perikanan.Dan untuk menyelamatkan kepunahan ikan-ikan dengan pengeditan hasil sekuensing 16S-rRNA mtDNA diedit menggunakan bantuan software BIO dan dilakukan analisis pensejajaran berganda dengan data sekuens tersedia di Bank Gen dengan Blast.



DAFTAR PUSTAKA

Nuswantara S. 2000. Internet untuk biologi molekuler. Warta Biotek Vol.14 No 2 Juni 2000.
Utama, A. 2003. Peran Bioinformatika dalam Dunia Kedokteran. Ilmu Komputer. Jakarta.


Minggu, 02 Desember 2012

PENGARUH IKLIM


PENGANTAR OCEANOGRAFY

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERIKANAN

Perubahan  iklim dapat menimbulkan dampak pada kehidupan ataupun aktivitas manusia begitu pula dampaknya terhadap perikanan.
El Nino adalah keadaan iklim yang berubah atau menyimpang yang disebabkan gejala alam yang ditandai dengan naiknya suhu permukaan air laut. Adanya El Nino ini mengakibatkan menurunnya produtivitas  primer ( plankton ) di laut dan merusak populasi organisme laut. Turunnya produktivitas primer tentunya akan mempengaruhi usaha perikanan.
Naiknya suhu udara atau bertambah / meningkatnya suhu atmosfer bumi dan co2 maka akan menaikkan suhu di bumi. Begitu pula dengan lingkungan akuatik ( sungai, danau, dan laut ) juga akan berpengaruh. Dampak naiknya suhu air laut tentunya akan mempengaruhi aspek kelautan termasuk perikanan. Dengan naiknya suhu udara ( atsmosfer ) akan berdampak pada meningkatnya suhu air, dan secara tidak langsung akan menambah volume air di samudera yang mengakibatkan paras laut semakin tinggi. Dalam 10 tahun terakhir ini dinyatakan bahwa tinggi paras laut meningkat sekitar 0,1-0,3 m, sedangkan berdasarkan prediksi ada perubahan paras laut yaitu 0,3-0,5 yang memungkinkan menutupi area seluas 1 juta km2 . Dan apabila hal ini terus-menerus terjadi maka luas kawasan pesisir ( hutan,  mangrove, estuari,  dan rawa) akan semakin berkurang sehinggga produktivitas primer semakin menurun yang akhirnya akan mempengaruhi kehidupan biota laut yang berhubungan dengan ekosistem pesisir.

Perubahan iklim dan naiknya paras laut juga mempengaruhi tekanan udara di atmosfer dan juga sirkulasi global di laut. Sedangkan di samudera pasifik dengan meningkatnya stratifikasi air laut akan meningkatkan frekuensi kejadian El Nino / Enso sehinngga variasi iklim menjadi ekstrim. Akibat dari  adanya  El Nino ini adalah adanya fluktuasi suhu permukaan air laut di daerah tropis samudera pasifik bagian timur. Walaupun kejadian ENSO tidak mempengaruhi di seluruh area di bumi tetapi dapat mempengaruhi perubahan distribusi curah hujan di samudera Pasifik, Atlantik, dan Hindia sedangkan ditempat lain akan terjadi kekeringan. ENSO mengakibatkan suhu permukaan air laut meningkat dan lapisan termiklin menipis. Kondisi ini dengan disertai naiknya paras laut akan mengakibatkan menurunnya Produktivitas Primer (PP)  di laut. Begitu pula akan mempengaruhi biota di dalam laut sehinnga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi industri perikanan yang akan merubah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dan dikuatirkan sumber protein dari laut akan berkurang yang juga sangat berpengaruh terhadap situasi ketahanan pangan nasional yaitu dalam pemenuhan gizi masyarakat.
Perubahan iklim akan berpengaruh pada fisiologi dan tingkah laku individu, populasi maupun komunitas. Kondisi yang ekstrim yaitu dengan naiknya suhu air. Rendahnya konsentatrasi oksigen terlarut dan PH air dapat mengakibatkan kematian ikan. Dan lingkungan yang tidak optimal juga akan menurunkan laju metabolisme pertumbuhan biota dan kemampuan bertelur dari ikan serta memepengaruhi sistem endokrin dan pola ruaya yang akhirnya akan mempengaruhi komunitas dan populasi ikan.